Latihan di padepokan adalah sebuah program yang disediakan beserta fasilitas dan kebutuhan anggota yang sungguh-sungguh dan benar-benar ingin mendalami keilmuan dan latihan LSBD Hikmatul Iman.
Anggota akan berada dalam kondisi dan lingkungan yang baru, dimana perubahan kondisi itu dapat digolongkan sebagai kondisi perubahan lingkungan ekstrem. Di mana anggota akan tinggal dengan fasilitas minim, bersama kelompok/timnya (yang terdiri dari orang-orang/individu-individu yang baru dikenalnya), berada dalam aturan dan disiplin ketat, jam dan rutinitas aktivitas yang baru, padat dan ketat. Terisolasi dari fasilitas dunia luar/modern, komunikasi yang terbatasi dengan dunia di luar padepokan.
Tingkat stress dan kejenuhan, kebosanan bahkan intrik dan keputus-asaan akan sangat tinggi dengan kondisi tersebut, dan hanya mereka yang berniat tulus, teguh untuk konsisten dengan komitmen, paham dan sadar akan situasi, kondisi serta efek dan dampaknya yang akan sanggup melalui masa satu tahun latihan dengan hasil yang positif.
Kesalahan pertama dan berakibat fatal dari anggota adalah mereka selalu membayangkan tentang kondisi latihan, kondisi padepokan, suasananya, pencapaian yang akan mereka dapatkan dan lain sebagainya tentang latihan khusus padepokan serta setelah masa latihan itu selesai sebelum mereka menjalaninya. Membayangkan melakukan semua kegiatan fisik yang sangat berat selama 6 jam tentulah mudah, membayangkan berdiam pada satu posisi berusaha fokus pada hawa di satu titik selama 6 jam tentu saja mudah. Hal yang mereka lalaikan adalah bayangan dan kondisi nyata adalah dua hal yang sangat bertolak-belakang. Mereka akan mendapatkan kekecewaan, merasa menyesal, lalu tertekan, kemudian frustasi dan putus-asa. Bagi mereka yang kemudian berhasil menguasai kembali dirinya setelah mengalami frustasi dan keputus-asaan, mereka akan berhasil mengikuti masa latihan selanjutnya dan mendapatkan kebaikan bagi diri mereka, sedang bagi mereka yang tidak, setelah frustasi/putus-asa itu mereka akan menjadi nekat atau stress berat (rusak berat mental dan pikirannya).
Pemikiran salah lainnya, anggota cenderung beranggapan bahwa tenaga dalam adalah tentang penguasaan hawa panas semata. Padahal penguasaan tenaga dalam, pemanfaatan serta aplikasinya adalah tentang kontrol dan pengendalian diri, tentang iman dan takwa.
Pemahaman salah selanjutnya adalah konsep pemahaman skeptis tentang apa itu iman dan apa itu takwa, terutama dalam konteks peningkatan kualitas dan kemampuan diri/tubuh.
Yang lebih salah lagi, beberapa dari mereka bahkan mengharapkan bahwa kemampuan dan kelebihan itu akan mereka dapatkan dengan sendirinya asalkan mereka mengikuti saja dan bertahan selama satu tahun, bahkan yang terburuk dari harapan mereka adalah mereka akan mendapatkannya secara instant baik itu disebabkan karena karomah, atau kejadian kebetulan ataupun transfer dari Guru Utama.
Ada lagi pemikiran salah yang berkembang ketika berada dalam masa latihan, hal ini dikarenakan adanya sistem Tim yang diberlakukan selama masa latsus. Padahal sistem tim ini adalah untuk menjalani disiplin yang berakibat pada penerapan konsekuensi dan reward secara tim. Anggota cenderung berfikir, apabila salah seorang dari anggota tim berhasil mencapai pencapaian tertentu, maka dirinya pun akan ‘terkondisikan’ untuk mencapai hal yang sama, baik itu karena sengaja maupun tidak sengaja. Kelalaian berfikir anggota dalam hal ini adalah, mereka sungguh melupakan bahwa pencapaian dalam hal apapun adalah individual, pencapaian itu adalah dampak langsung/tidak langsung dari konsistensi dan kesinambungan niat-do’a-ikhtiar kemudian keselarasan/sinergitas semesta.
Namun, pemahaman tersebut cenderung disalah-artikan kembali dengan berfikir bahwa, jika pada akhirnya pencapaian hasil itu tergantung pada individunya, maka pilihan prioritasnya adalah selalu untuk kebaikan dan tujuan pencapaiannya dirinya sendiri dengan mengesampingkan lingkungannya. Padahal setiap individu tidaklah akan mendapatkan apa yang diusahakannya tanpa dukungan dan restu dari lingkungannya.
Latsus padepokan adalah fasilitas dan kesempatan yang disediakan oleh perguruan untuk memaksimalkan latihan dan hasilnya. Terjadi kesalah-pahaman tentang hal ini, bahwa setiap anggota yang mengikutinya adalah otomatis menjadi anggota ‘istimewa’ dari perguruan Hikmatul Iman. Padahal mereka hanya akan menjadi istimewa apabila mereka memang telah menjadi ‘istimewa’. Artinya, ke-’istimewaan’ tersebut baru akan mereka dapatkan bila mereka mencapai hasil yang diharapkan/ditargetkan setelah melalui masa latihannya tersebut. Jadi, latsus padepokan adalah kesempatan, sarana dan fasilitas yang disediakan perguruan untuk setiap anggota memaksimalkan peluangnya menjadi ‘istimewa’.
Anggota cenderung bahkan selalu dapat mengingat, memahami pengertian dari kalimat-kalimat pemahaman yang diberikan selama masa latsus tetapi tidak pernah meresap dalam dirinya atau mencoba menerapkannya. Anggota cenderung tetap saja melakukannya apa yang mudah dan nyaman baginya dengan alasan pembenaran yang dibuatnya.
Kesalahan berikutnya yang berakibat kegagalan pencapaian adalah, peserta latsus kemudian membiarkan dirinya atau berfikir bahwa dengan hanya mengikuti seluruh materi yang diberikan, mengikuti rutinitas selama latsus seperti karyawan yang telah terprogram oleh aktivitas pekerjaannya maka hasil yang diharapkan akan dicapainya. Tanpa semangat dan antusias sehingga tidak pernah terlihat usaha untuk memahami apa yang sedang dilakukan, memahami proses pencapaiannya dan sebagainya.
Bukan beban fisik yang akan lebih menjadi faktor gagalnya seorang peserta/murid dalam latsus, melainkan mental. Kegagalan dalam mengendalikan pikiran dan menguasai ego, ketidakmampuan memahami latihan dan tujuannya, kekalahan terhadap kondisi. Pemahaman, penguasaan dan pengendalian diri adalah kunci sukses latihan dalam jangka panjang, sementara konsistensi dan komitmen adalah kunci untuk melaluinya hari demi hari.
Latihan di padepokan adalah sebuah program yang disediakan beserta fasilitas dan kebutuhan anggota yang sungguh-sungguh dan benar-benar ingin mendalami keilmuan dan latihan LSBD Hikmatul Iman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar